Siang itu,,
“selamat siang semua ny,, nma kakak Morgan Handi Winata. Panggil aja Kak Morgan. Tahun ini kakak berhasil jadi ketua bidang apresiasi seni di sekolahan kita. Bagi adek-adek yang mempunyai bakat terpendam,, dan mau masuk ..” ucap Morgan memperkenalkan dirinya. Namun Morgan belum bisa menyelesaikan ucapannya karna, “kak,, yang punya bakat doank masuk tu apresiasi seni” celetuk Zara, salah satu murid baru yang tergabung di dalam kelas X.1 itu.
“iya.. bagi adek-adek mempunyai bakat yang udah ada atau yang masih terpendam,, gabung aja sma kita. Kita juga disini..” jawab Morgan yang lagi-lagi belum selesai, karna
“lah,, klo gw gak punya bakat tapi gw suka seni gimana..??” potong Zara lagi yang terlihat agak slengek’an.
“ya,, di bidang apresiasi seni sekolah kita tu ya mempunyai misi untuk melatih murid-murid yang bersekolah disini aga...” ucap Morgan morgan yang kedengarannya masih belum selesai.
“et dah,, banyak ngomong juga lo kak,, jawab aja,, gw bisa ikutan daftar gak..??” solotan Zara lagi.
“Jadi orang nyolot banget sih lo..” ucap seorang murid baru lagi yang ikut tergabung dalam kelas X.1 itu sambil melirik kesal. Namanya Nadra.
“eh,, nyantai donk.. orang gw nanya disini.. dan itu juga gw gak nanya ama lo. Kenapa lo yang sewot. Aneh dah” balas Zara.
“eh eh eh... kok malah jadi ribut kayak gini sih...” sambung seorang murid laki-laki bernama M. Dicky Prasetya.
“apa lo lagi ikut-ikutan. Sok jiwa pemimpin banget lo..” balas Nadra.
Suasana kelas X.1 mulai ribut karna murid-murid yang lain mulai ikut berkomentar tentang teman baru sekelas mereka yang belum saling mengenal itu.
“adek-adek.. harap tenang....!!” ucap Morgan dengan suara agak meninggi.
Seketika seisi kelas X.1 terdiam mendengar bentakan dari Morgan.
“Adek-adek,, sebenarnya bidang apresiasi seni ini memang melatih murid-murid dari sekolahan kita ini untuk digali bakat yang mereka miliki. Istilahnya bidang ini menjadi wadah bagi kalian semua yang menyukai seni. Meskipun ada di antara kalian yang mau ikut bergabung dengan kami, kami open kog dengan kehadiran kalian.” Jelas Bisma, anak XII.IPS1 yang merupakan salah satu dari wakil ketua bidang apresiasi seni.
“oh,, gitu.. makanya kak,, klo lo ngomong tu jagan terlalu berbelit-belit.. gimana sih ketua ny kayak gtu amat” celetuk Zara.
“dek, klo ngomong yang sopan dikit ya” balas Morgan yang emosi nya sedikit terpancing mendengar ucapan Zara
Kring......!!!!! bel tanda istirahat pun berdering.
“baiklah.. Thank you y adek-adek. Kalo diantara kalian ada yang mau ikutan gabung, formulir pendaftaran nya bisa diambil sama saya atau gak sama kak Morgan. Sampai ketemu di Keluarga Besar AS sekolah kita ya.. makasi..” tutup Bisma dengan ramah.
Morga, Bisma, Rafael, Rangga dan Reza pun keluar kelas. Ke enam murid laki-laki ini lumayan terkenal di seluruh penjuru sekolah. Karna memang mereka merupakan cowok-cowok keren yang telah berhasil juga membawa nama baik sekolah dengan group boy band vokal yang sering menjuarai perlombaan. Dan bisa dibilang tidak ada satu cewek pun yang akan menolak untuk menjadi pacar dari mereka.
Namun, seperti hal tersebut tidak berlaku pada Zara. Murid baru yang memang terlihat paling tomboy dari cewek-cewek lain yang satu kelas dengan mereka. Terlihat ketika Zara Indah Purnama nama lengkap cewek ini ketika bertanya pada saat kelima cowok itu berdiri didepan kelas tadi.
Ternyata selain Zara, ada juga murid yang lumayan tomboy yang ada di kelas X.1 tadi. Nadra Putri Winata, yang ternyata adik dari Morgan. Meskipun sang kakak memang digemari di sekolahan itu, namun dari dulu Nadra tidak pernah suka kalau ada cewek yang mendekati dirinya cuma gara-gara ingin mendekati Morgan.
“baik lah anak-anak. Sesuai dengan keputusan poling suara yang dilakukan barusan, ibu sebagai wali kelas kalian memutusakan yang menjadi ketua kelas itu ialah M. Dicky Prasetya, wakil ketua kelas IlhamFauzie sekretaris yaitu Nadra Putri Winata dan bendahara nya Zara Indah Purnama. Selamat pada teman kalian yang telah berhasil diberikan tanggung jawab sebagai pengisi struktur organisasi di kelas X.1 ini.” Jelas bu Irma.
“hari ini proses pembelajaran kita cukup sampai disini dulu, berhubung karna akan diadakannya rapat tahun ajaran baru seluruh guru di sekolah kita, maka kalian diperbolehkan untuk pulang. Untuk ketua kelas dan sekretaris, diharapkan datang ke ruangan bidang Apresiasi Seni sekolah kita, karna ada rapat perkenalan lebih lanjut dari kakak kelas kalian. Selamat siang anak-anak..” lanjut bu Irma da langsung meninggalkan kelas. Semua murid yang ada dikelas itu langsung bubar keluar ruangan kelas. Terlihat disana ada Nadra dan Dicky yang bersiap menuju ruangan bidang AS.
“hy Nadra. Selamat ya,, lo kepilih jadi sekretaris kelas..” ucap Dicky mencoba memulai percakapan. “oh, iya.. lo juga. Selamat ya udah jadi ketua kelas. Tapi lo jangan iseng lo.. mentang-mentang gw sektertaris lo.. hahaha.. gak kog becanda gw..” balas Nadra.
“haha,, bisa aja lo.. nyantai aja lagi ngomong ama gw. Ya gw harap gw ama lo bisa menjadi team yang solid lah demi kelasan kita.. hehe... ya nggak..?” sambung Dicky.
“oh,, klo itu mah,, siap gw..” jawab Nadra.
Sesampai di ruangan bidang Apresiasi Seni, ternyata telah lumayan banyak murid baru yang berkumpul disana. Dan ditambah dengan kehadiran Dicky dan Nadra.
“Nah adek adek. Sebelumnya kakak mau ngucapin makasi atas kesediaan kalian untuk datang mengikuti rapat AS hari ini. Seperti yang sebelumnya mungkin diantara kalian sudah diperkenalkan, bidang AS ini terdiri dari 5 orang anggota inti. Kak Morgan sebagai ketua, kak bisma Bisma sebagai wakil ketua, kak Rafael sebagai sekrataris, kakak sendiri, kak Rangga sebagai bendahara 1 dan kak Reza sebagai bendahara 2”. Jelas Rangga.
“yak,, nah dalam rapat kali ini, kita diagendakan Cuma untuk perkenalan lebih lanjut aja sama kalian yang ada semuanya disini. Meskipun yang hadir disini baru terdiri dari perwakilan masing-masing kelas, namun diharapkan setelah ini nanti kalian bisa sharing sama teman-teman kalian yang lain yang mungkin ikut bergabung”. Lanjut Rafael.
“bener tu,, nanti kakak akan kasih kalian formulir pendaftarannya 2 buah pada setiap kelas, dan tolong di fotocopy buat temen kalian yang mau bergabung”. Sambung Reza.
Rapat itu pun berlanjut sampai pukul 3 siang. Dan setelah memperkenalkan diri satu sama lain dari setiap murid yang hadir, barulah semua anak-anak baru yang hadir pada rapat itu tau kalau Nadra adalah adik nya Morgan. Termasuk Dicky.
Hari ini pun merupakan minggu ke dua dari murid kelas X.1 merasakan bagaimana rasanya berada di bangku SMA. Memang waktu terasa begitu cepat berlalu. Dan suasana kelas X.1 pun mulai terlihat akrab satu sama lain. tapi keakraban itu belum tersebar menyeluruh kesemua siswa X.1. disana ada Zara dan Nadra yang terlihat masih belum terlalu akrab. Memang sejak tingkah laku Zara yang slengek’an pada Morgan kakak dari Nadra sendiri ketika hari pertama sekolah membuat Nadra kurang masih menaruh rasa tidak suka dengan Zara karna telah meremehkan kakak kesayangannya. Melihat sikap Nadra yang sedikit sombong dan angkum membuat Zara jengkel dengan Nadra, ya walaupun mereka saling dipertemukan dalam kelompok yang sama, tapi tetap saja, Zara dan Nadra masih me-ilegalkan kata-kata damai diantara mereka satu sama lain. info mengenai status Nadra yang merupakan adik kandung nya Morgan pun mulai menyebar luas. Banyak cewek-cewek yang satu kelas dan satu angkatan sama Nadra dan bahkan kakak kelas nya mendekati Nadra dengan misi agar bisa menjadi pacarnya Morgan. Tapi tetap, Nadra dengan sikap tomboy nya tidak pernah terlalu menanggapi akan hal itu. tak hanya itu, kedekatan yang lebih pun terjadi antara Nadra dan Dicky. Sank ketua kelas dan sekretaris kelas yang sering menjadi didekatkan sebagai duta kelas ini mulai terasa benih-benih yang dapat dibilang benih ini lebih dari sekedar teman dan lebih dari sekedar ketua kelas dan sekretaris nya.
Zara sendiri yang akhirnya bergabung dengan bidang AS, mulai melihatkan kemampuan-kemampuan seni yang ia miliki. Diantaranya menulis, bermain musik, menari, menggambar serta menyanyi. Memang bakat yang dimiliki Zara masih di bilang dasar, namun hal itu telah dapat membuat decak kagum dari semua anggota AS, termasuk Morgan.
“Zara, abis latihan ini ada waktu sebentar gak” tanya Morgan dengan suara lembut nya.
“knpa emang ny kak” ucap Zara sembari mengunyah permen karet dimulutnya menjawab pertanyaan Morga, dengan ciri khas selengek”an nya.
“gak, klo kamu gak ada waktu, juga gak papa” balas Morgan.
“oh,, y udah klo gitu, gw balik duluan y kak..” sambung singkat Zara sembari berjalan keluar ruangan.
Morgan yang ditinggal sendirian tidak menyangka dengan sikap yang ditunjukkan Zara. Dengan tampang cengok, Morgan Cuma bisa melihat dan membiarkan dirinya ditinggal Zara.
“tu anak aneh apa ya,,, baru kali ini gw ngomong dianggurin ama cewek.. mata ny yang gak jelas ngeliat gw atau gw ya yang udah mulai kurang ketampanannya. Perasaan gw jga makin cakep dah.. penasaran gw ama tu cewek.” gumam Morgan.
“eh Nad, gw boleh pinjem catatan lo gak sosiologi lo gak?” ucap Dicky ketika pulang sekolah.
“bleh. Emang catatan lo kaemana..?? lo jadiin bungkur ikan asin tu buku catatan...? hahahah” balas Nadra “et dah,, enak aj lo ngomong. Hahah,, gak,, kemaren gw ketinggalan nyalin catatan” jawab Dicky.
“oh iya deh kalo gitu mah,, Cuma hari ini gw gak bawa,, gimana donk?” lanjut Nadra sembari berjalan keluar kelas.
“y udah deh, ntar sore gw kerumah lo” sambung Dicky sambil mengikuti Nadra dari sampin.
#gubrak
Tabrakan yang cukup keras terjadi di depan kelas. Celakanya tabrakan dialami olah Zara dan Nadra. Dan,,
“eh.. geblek,, mata lo kemana ha,,..!! kalo jalan liat-liat donk..!!” bentak Zara kepada Nadra sembari bangun dari jatoh nya.
“eh.. lo tu yang buta.. udah mata empat, masih aja lo gak liat gw segede gini...!! cakep-cakep buta..!!” balas Nadra yang tak kalah membentak.
“Enak aja lo bilang buta.. Mulut lo tolong di sekolahin dikit y..!!” balas Zara dengan suara yang semakin mengeras.
“bacot lo tu yang gak lo jaga..” jawab Nadra.
“trus lo mw ap hah.. cari gara-gara lo ama gw.. hah..??!!” tantang Zara.
“eh,, udah-udah. Kalian bedua apa-apan sih, Cuma kejadian kecil dibesar-besarkan!” ucap Dicky yang mencoba untuk menengahkan.
“cewek lo tu,, jalan gak pake mata..!! mulut gak pernah di sekolahin...!! belaga lagi...” jawab Zara nyolot.
“apa lo bilang.. ati-ati y lo kalo ngomong.. gak usah bikin gosip.. gaya lo doang yang tomboy,, ternyata biang gosip juga ternyata...!” balas Nadra singis..
#perrrrr.... sebuah tamparan mendarat di pipi Nadra dari tangan lembutnya Zara. Nadra pun dengan spontan memegang pipinya yang mulai memerah. Dan air mata pun tak kuasa ia tahan.
“eh Zar,, lo apa-apaan sih hah..??” ucap Dicky marah.
“lo mw bela in cewek lo ini..?? y udah tampar balik kalo lo berani..!!” tantang Zara.
Dicky yang terlanjut terpancing emosi mulai mengambil ancang-ancang untu kendaratkan kepalan kerasnya di wajah Zara. Zara yang tidak menyangka kalau Dicky akan benar-benar membalas kelakuan nya kepada Nadra pun berteriak memekikkan telinga. Namun seketika sebuah tangan putih menghadang dan memegang pergelangan tangan Dicky dengan kuat. Tangan itu adalah tangan Morgan.
“dek apa-apa’an sih ini. Masa lo cowok mw bekelahi ama cewek.. gak jentelmen banget sih lo.. klo lo mw berantem lawan gw..!!” gertak Morgan kepada Dicky dan kemudian melepaskan tangan Dicky.
“kak Morgan..” ucap Zara dan Nadra tidak sengaja terdengar serempak karna kaget melihat kedatangan Morgan.
“kak, si Zara ini udah nampar Nadra kak.. adek lo sendri.. salah apa gw belain dia..!!” jelas Dicky dengan suara agak mengeras.
“tapi gak gitu caranya... lo cowok.. gak pantes lo kelahi ama cewek,, ngerti lo..” balas Morgan..
“kakak kog malah belain cewek begok ini sih..??” tanya Nadra.
“Zara gak sepenuh nya salah dek” jelas Morga..
Melihat kelakuan Morgan membela Zara, Nadra pun pergi berlari meninggalkan Dicky, Zara dan kakak nya sendiri Morgan. Nadra sungguh tidak bisa menerima akan kelakuan kakak nya yang lebih membela orang lain dari pada adik nya sendiri. Dicky pun yang tidak menyangka Morgan akan bersikap seperti itu mengejar Nadra. Tinggal Morgan dan Zara.
“zar, lo gak kenapa-napa kan” ucap Morgan khawatir.
“apa-apa’an sih lo kak..” tanya Zara sambil berlalu meninggalkan Morgan. Zara sendiri pun bingung kenapa bisa, Morgan malah membela dirinya dari pada Nadra adiknya sendiri. Hal itu menimbulkan rasa yang aneh pada perasaan Zara terhadap Morgan. Tapi Zara pun tidak mau terlalu menghiraukan hal itu.
Morgan yang akhirnya ditinggal sendirian, tidak dapat berbuat apa-apa. Dia hanya bisa melihat adik-adik nya berlalu meninggalkan nya. Dan terpaku lama pada sosok Zara, cewek terakhir yang meninggalkannya yang baru ia sadari kalau sebenarnya Morgan sendiri telah merasakan hal yang berbeda kepada Zara sejak ia mengenal Zara. Dan rasa itu bisa dibilang sayang.
Kejadian itu pun membuat hubungan kakak beradik Morgan dan Nadra renggang selama beberapa hari. Morgan menceritakan kepada mama nya kalau ia sayang sama Zara. Awal ketika sang mama menceritakan hal itu kepada Nadra, Nadra sempat sangat tidak menerima nya, dan sepertinya dia tidak bisa menerima kalau Morgan dan Zara harus jadian. Kedekatan mereka kembali dibantu oleh sang mama yang dengan sabar meredamkan amarah Nadara kepada sang kakak dengan syarat bahwa Morgan tidak pernah lagi mendekati Zara. Dan dengan syarat itu pun Morgan terpaksa menjauhi Zara.
Selang beberapa hari setelah itu, perasaan Zara seolah-olah mencari keadiran sosok Morgan. Karna ia tidak pernah lagi melihat Morgan ketika ia latihan. Selang beberapa hari itu pula lah, Zara akhirnya sadar, kalau ia juga meyukai Morgan, entah apa sebabnya.
Hubungan dingin pun terjadi di dalam kelas antara sekretaris kelas dan bendahara kelas. Dicky sang ketua kelas, yang awalnya ikut kesal karena Zara sudah menampar pipi Nadra, cewek yang diam-diam ia kagumi, kini sudah bisa mema’afkan kelakuan Zara itu. tapi Dicky tidak dapat berbuat banyak. Disatu sisi dia tidak mau merusah hubungan pertemanan nya dengan Zara, tapi disisi lain, dia juga tidak mau menyakiti perasaan cewek yang ia sayangi.
Nadra pun ternyata menyambut ganyung yang diayunkan Dicky. Ia juga merasakan kalau ternayata perasaan sayang itu muncul antara dia dan Dicky. Namun keduanya masih terlihat malu-malu untuk jujur dan mengakui satu sama lain.
“anak-anak.. bapak karih kalian waktu 15 menit untuk mengganti pakaian.” Ucap pak indra, guru olahraga memberikan intruksi pada siswa X.1.
Sesampainya di lapangan,
“mata pelajaran hari ini tu adalah lempar lembing. Kalian harus hati-hati dalam melakukan setiap gerakan di dalam lempar lembing ini. Karna kalau sampai salah sedikit, kalian bisa mencelakai orang lain. mengerti..??” tanya pak indra.
“iya pak..” jawab semua murid X.1.
“baik. Kalian bagi diri kalian menjadi kompok-kemompok kecil. Satu kelompok beranggotakan 5 orang. Saya akan memberikan waktu 15 menit untuk kalian mencoba mempraktekkan teori yang sudah pernah saya ajarkan di kelas. Saya akan mengamati setiap gerakan yang kalian lakukan. Jadi jangan ada yang sampai main-main”. Jelas pak Indra kepada anak muridnya.
Sepuluh menit pun berlalu. Semua siswa-siswa X.1 melakukan yang diperintahkan oleh guru olahraga merekan dengan benar. Namun tiba-tiba pada menit ke sebelas, tidak sengaja kejadian buruk pun terjadi menimpa salah satu murid. Ilham yang masih konsen berlatih tanpa sengaja membuat kesalahan kecil,
“Nad,, awas..!!” teriak Zara sambil mendorong Nadra dengan kuat sampai keduanya sama-sama terjatuh.
Ternyata lembing yang dilemparkan Ilham tadi hampir mengenai tubuh Nadra. Dan Zara pun sepertinya berhasil menyelamatkan Nadra.
“aaaaaw.......!!!!” teriak Zara keras mengejutkan semua orang yang ada di lapangan itu.
Lembing yang terbuat dari besi yang di lemparkan Ilham tadi memang tidak mengenai tubuh Nadra, namun pergelangan kaki Zara lah yang tidak sengaja menjadi sasaran besi tersebut. Dan hal tersebut langsung mengakibatkan Zara tidak sadarkan diri.
Melihat cidera yang diderita Zara cukup parah, pihak sekolah pun langsung membawa Zara, kerumah sakit terdekat, dengan ditemani oleh bu Irma sang wali kelas, pak Irfan guru olahraga yang merasa memiliki tanggung jawab akan hal itu, Dicky yang ikut menjalankan tugas nya sebagai ketua kelas serta khawatir tidak mau terjadi apa-apa akan teman sekelasnya, Nadra yang tak henti-hentinya menagis karna merasa sangat bersalah kepada Zara, orang yang telah menyelamatkan hidupnya, dan ada juga Morgan yang mendengar kabar Zara cidera langsung ikut mendampingi Zara tanpa menghiraukan janji yang sudah pernah ia ucapkan pada adik nya.
Sesampainya dirumah sakid, Zara langsung dibawa keruang UGD.
“kak,,, ma’afin aku,, Zara udah nyelamatin nyawa aku kak,, ” ucap Nadra dengan suara parau sambil terisak meminta ma’af pada Morgan.
“iya nad,, kakak ngerti kog apa yang kamu rasain. Ma”fin kakak juga ya, sekarang kita berdoa agar Zara tidak kenapa-kanapa”, balas Morgan yang mencoba menenangkan adiknya dan dirinya sendiri yang ikut terpukul akan kejadian yang menimpa cewek yang ia sayangi. Morgan pun tidak akan menerima jikalau sesuatu hal yang fatal tercadi pada Zara.
Beberapa jam kemudian, dokter pun keluar dari ruang UGD.
“keluarga Zara Indah Purnama..?” teriak dokter itu.
Semua orang yang sedari tadi telah menunggu ditambah dengan kedua orang tua dari Zara dan Nadra pun perdiri.
“ia pak, saya ayah nya” ucap papa nya Zara
“anak bapak sukurlah tidak apa-apa. Cuma terjadi pematahan sedikit pada tulang kaki kanan nya. Tapi jangan khawatir, patahan itu Cuma bersifat sementara. Namun untuk satu bulan ini, Zara belum bisa berjalan seperti biasanya. Ia harus dibantu dengan kursi roda agar obat yang kami masukkan bisa cocok dengan tulang kaki nya Zara. Sekarang Zara sudah sadar, dan dia butuh waktu sebentar untuk menenangkan dirinya. Dan kami hanya memperbolehkan ayah dan ibu sajanya yang menemani zara, untuk menghindari hal-hal yang tidak diduda demi kesembuhan Zara.” jelas dokter itu.
Nadra kembali menangis mendengar kabar itu. Morgan yang juga tidak dapat menyembunyikan kesedihannya, memeluk tubuh Nadra dan mencoba untuk menenangkan Nadra. Morgan pun berjanji pada dirinya sendiri kalau ia akan ikut merawat Zara, sampai Zara sembuh.
Seminggu setelahnya, akhirnya Zara diperbolehkan untuk dikunjungi oleh orang-orang disekitarnya. Morgan, Nadra dan Dicky pun secara bergantian ikut merawat Zara.
“kak Morgan, maksi ya, lo udah mau ikutan ngerawat gw” ucap Zara memulai percakan ketika disana hanya ada dia dan Morgan.
“iya. Gak papa kog,, santai aja” jawab Morgan.
“gw bleh tanya sesuatu gak kak..?”tanya Zara.
“iya.. tanya ap..?” balas Morgan penasaran.
“gak, sebelumnya gw minta ma’af karna waktu itu gw nampar adek lo. Yang pengen gw tanyain, lo ngindarin gw ya kak, setelah kejadian itu...??” lanjut Zara.
“oh, itu,, ma”af kalo kamu merasa kyak gitu, Cuma ya waktu itu, baru Cuma itu yang bisa kakak lakuin untuk memperbaiki keadaan. Kenapa memang..?” tanya Morgan balik.
“gak,, gak tau kenapa, jujur, ya gw ngerasa aneh aj, setelah kejadian itu, gw jadi ngerasa nyariin lo gitu.” Jelas Zara.
Morgan yang mendengar penjelasan Zara itu, mulai menyadari kalau ternyata cewek yang dia sayangi juga merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan. Dan,,
“Zar,, lo mau gak jadi cewek gw..?” ucap Morgan.
Pertanyaan yang terdengar kurang nyambung itu keluar dari mulutnya Morgan. Zara pun heran, dan entak kenapa, hatinya merasa senang dan perasaan aneh itu muncul lagi. Dan semakin lama detik berlalu, rasa sayang itu semakin besar dirasakan oleh Zara. Namun sebelum sempat zara menjawab pertanyaan Morgan, Dicky dan Nadra pun memasuki ruangan rawat inap temat Zara dirawat.
“udah,, terima aja,, gak rugi kok lo jadian ama kakak gw,, orang ganteng kayak gini masa mau lo anggurin si Zar..” potong Nadra.
Nadra dan Zara yang sudah saling mema’afkan pun mulai menunukkan keakraban diantara mereka. Dan tanpa diketahui oleh orang lain,, ternyata 1 jam sebelum itu, Nadra dan Dicky pun telah resmi pacaran dengan moment di utarakannya perasaan Dicky kepada Nadra.
“apa sih lo nad..” jawab Zara.
Morgan yang ikut tersipu malu pun seketika berdiri dari duduknya dan memegang tangan lembutnya Zara.
Dan....
Akhirnya ya,, pembaca yang sedari membaca tulisan ini,, pasti tau lah akhir dari cerpen ini..
Leave a Comment please... :D