Kata Bijak


Jumat, 13 Mei 2016

Untitled on May 13th : Happy Birthday Tama

His birthday...

Hari ini beberapa puluh tahun yang lalu, Tama di lahirkan dalam keadaan sangat suci di dunia dari rahim seorang wanita yang memiliki hati yang lemah lembut serta berprofesi sebagai bidan. Tama merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Sebagai anak terakhir yang jarak usia nya cukup jauh dengan kakak perempuannya, Tama mendapatkan perhatian yang lebih dari si Mama. Seperti umumnya anak bungsu dalam masa pertumbuhan Tama, dia bebas bermain dan melepaskan keinginannya. Namun lain hanya dari pihak si Papa. Bagi Tama, si Papa tidak terlalu memberi kesempatan untuk anak-anaknya mengikuti keinginan apa yang mereka ingin raih untuk masa depannya. Salah satu aspek yang sangat dirasakan Tama adalah larangan si Papa untuk bermain dan fokus di musik yang hingga saat ini masih di sesalkan Tama.
Masa remaja Tama dihabiskan sepenuhnya di daerah kecil yang kira-kira 3 jam waktu yang di tempuh menggunakan mobil dari ibu kota Banda Aceh. Sebagai putra aceh tidak mengurungkan niat Tama untuk mencoba merantau ke tanah Jawa yang Tama awali untuk memutuskan untuk melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi  yang terletak di daerah jalan dr.setia budi kota Bandung. Selama masa perkuliahan, Tama terkenal sebagai sesosok pemuda yang pintar dan tentunya memiliki fisik serta wajah yang cukup unik, tampan dan menarik.
Pergaulan Tama di kota kembang ini bisa dibilang bahwa Tama berani mencoba segala macam hal yang dulunya belum pernah di coba. Ditemani beberapa orang serta beberapa wanita yang singgah dalam kehidupan Tama. Mulai dari wanita yang benar-benar mengurus dan membantu segala keperluan Tama, hingga wanita yang hanya singgah semalam, seminggu atau bahkan sebulan saja dalam hari-hari Tama.
Akibat pergaulan Tama yang sedikit diluar batas, Tama akhirnya pindah ke Ibu Kota Jakarta melanjutkan perkuliahannya di salah satu perguruan tinggi swasta yang terletak di daerah Bintaro.
Pada masa perkuliahan di Ibu kota , Tama mendapatkan kesempatan untuk melakukan training di luar negeri tepatnya di Dubai sebagai seorang bartender yang merupakan salah satu profesi yang sebelumnya telah di impikan Tama.

Setelah menyelesaikan sarjananya, kepintaran Tama memberikan Tama kesempatan untuk melanjutkan pendidikan masternya ke salah satu universitas di Asia tepatnya pulau kecil indah Taiwan. Menjalani pendidikan lanjutan di Taiwan memberikan pengalaman yang berharga untuk Tama. Bertemu teman dari berbagai negara serta merasakan pendidikan sebagai mahasiswa asing yang diberikan beasiswa oleh negaranya hingga tak perlu pusing memikirkan partime job untuk biaya hidup selama pendidikannya berlangsung. 

Sekembalinya dari Taiwan, Tama bekerja pada sebuah perusahaan event organizer sebagai marketing event hingga saat ini. Tama juga sempat menjadi salah satu dosen di Binus University salah satu universitas swasta yang terkenal di Jakarta.

Sejauh ini, Tama tergolong salah satu manusia yang jauh dari kata kekurangan. Dengan usia yang saat ini tergolong sudah sangat matang, gw gak pernah tau kemana arah pikiran Tama untuk masa depannya.
Dengan siapa Tama akan menghabiskan waktu tuanya nanti, akan berapa orangkan anak yang akan dididik Tama dalam keluarganya, serta sampai kapankah Tama akan memutuskan untuk mengakhiri kesendiriannya, masih menjadi tanda tanya bagi gw. Gw sadar tidak ada satu pun yang tau masa depan. Jodoh, umur dan rejeki telah di atur Tuhan bahkan sebelum kita lahir ke dunia.

Sebagai ucapan ulang tahun, gw membuat video singkat untuk Tama yang telah gw upload di youtube. Dan sebuah foto yang gw edit ditambahkan tulisan Happy Birthday Tama yang sudah gw kirim melalui massage pada account Facebook Tama yang merupakan satu-satunya account yang gw rasa tidak akan memberikan efek terlalu besar bagi Tama.
Berbeda dengan tahun lalu, gw bebas mengirimkan ucapan, beberapa foto dan video kepada Tama dimana pada saat itu hububgan Tama dan gw masih dalam kondisi yang baik.

Sampai tulisan ini gw tulis, Tama dapat gw pastikan belum melihat sama sekali foto serta video yang gw kirimkan.
Entah kapan akan dilihat, dan apakah Tama akan memberikan setidaknya reaksi baik kepada gw sebagai salah satu orang yang pernah ada dalam hidupnya yang mungkin kini telah menjadi bagian dari masa lalu Tama. 
Jujur dari lubuh hati gw yang paling dalam, harapan itu masih ada dalam doa gw.

By the way, Happy Birthday Tama...

Selasa, 03 Mei 2016

Untitled on May 3rd : Sign of Dream

Sign of dreams 

Udah hampir 2 bulan lamanya gw benar-benar gak ada komunikasi bareng Tama. Ya, semenjak hari gw balik lagi setelah 3 minggu lamanya gw habisin waktu di Indonesia.

Hari-hari tanpa Tama gw lewatin terasa sederhana. Tak ada yang berarti antara setiap detik menit yang gw lewatin. Meski disekeliling gw cukup agak rame, tetap gw ngerasa kaki gw gak terlalu napak ditanah yang gw injak. 
Jujur gw teramat sangat rindu mendengarkan suara Tama, bertukar cerita kegiatan masing-masing, membahas kembali kenangan yang sebelumnya kami lalui, atau bahkan cuma sekedar chat Hy / Hallo yang dibalas Tama 12 jam setelahnya. Tama masih sangat nyata hidup dalam hati dan perasaan gw.

Rutinitas yang kembali gw jalanin agak sedikit membantu gw untuk tidak terlalu kepikiran Tama. Dalam doa menjelang tidur gw sampai saat ini masih ada nama Tama. Beberapa kesempatan terkadang gw mengganti nama tama dengan sosok lelaki lain, tapi kebiasaan yang sudah terlanjur sering dalam doa gw itu gak bisa gw hilangin dan ketika di ganti pun terasa sangat janggal. Terlebih baru-baru ini gw baca artikel yang nyebutin bahwa kalo kita mendoakan orang lain di dalam doa kita tanpa di ketahui oleh orang tersebut maka, malaikat yang mendengarkan doa kita dan ikut serta mengamini doa tersebut. Meski gw sepenuhnya sadar kalau Tuhan akan mengabulkan doa hambanya yang sungguh-sungguh dan gw percaya Tuhan gak pernah pilih kasih.

iPhone 6 Plus yang terbungkus rapi dalam casing berwarna hijau dibalut biru dongker masih teralirkan daya listrik yang selalu gw posisikan disebelah bantal gw. Setelah setengah hari handphone gw itu nemanin gw nonton tak henti-henti sampai akhirnya menjerit habis daya untuk tetap bertahan. Pertanda bahwa gw setidak nya harus bangun mengabiskan sisa hari libur gw diluar kamar.

Setelah sedikit membersihkan diri dan kamar mengingat hari ini juga jadwal gw piket beres-beres rumah, gw kembali merebahkan badan mencari posisi yang pas sembari melihat kondisi alam diluar sana sudah mulai diterangi cahaya lampu. 

Charger Full
Sebelum memejamkan mata gw melihat kembali semua notifikasi yang masuk sedari tadi. Satu persatu balasan gw berikan kepada mereka yang hanya sekedar menanyakan kabar dan atau hanya memberikan komen singkat atas foto yang gw upload.
Seketika
Incoming call from Tama
Notifikasi aplikasi chat Line Call muncul menghentikan aliran darah ketangan gw untuk terhenti sejenak menyentuk layar hp.
Tanpa pikir panjang gw mensegerakan jempol kanan gw untuk menyentuh bundaran berbentuk gagang telpon berwarna hijau di layar berukuran kurang lebih 5,5 inci tersebut.

"Iya Tam" ucap gw mencoba sebiasa mungkin.
"Cha. Lo kemana aja.? Lo delete account Line gw kn.? Bohong Cha kalo gw gak nyariin lo..!!" Balas Tama seketika berderu melemparkan sepercik air ditengah sebongkahan batu kering yang jauh dari aliran sungai.
Mendengar suara Tama meski hanya 10 detik benar-benar membuat perasaan gw campur aduk. Tenang, khawatir, terharu, bahagia, bingung bahkan sedih. Suara ini yang selama ini ingin gw dengar. Suara ini yang selalu gw tunggu ketika speaker hp gw tempel di telinga gw.

Mata gw yang sedari tadi terpejam, terbuka dengan lembut. Melihat sadar kondisi kamar gw. 
Guling dan bantal serta kain khas Bali berwarna hijau masih setia menemani gw di kasur tipis gw.
Tetesan air mata mengalir di kelopak mata gw yang masih terasa sangat berat untuk tidak kembali terpejam.
Pandangan gw ke langit-langit kamar, mengembalikan gema suara Tama dalam benak gw. Suara yang beberapa waktu yang lalu sangat jelas gw dengar.
Aliran air mata di pelupuk mata gw semakin deras ketika gw pun juga tersadar bahwa hp gw masih terpasang casan tak berpindah kemanapun bahkan tak ada di samping telinga gw. 

Ya. Account Tama masih masuk kedalam daftar contact yang gw block di aplikasi chat Line gw. Gw sendiri gak tau pasti sampai kapan gw akan tetap bertahan dengan itu.
Gw ingat, dulu Tama juga pernah melakukan hal yang sama ke gw. Setahun yang lalu Tama menghilang. Memutuskan semua koneksi dengan gw. Padahal waktu itu gw baru 2 bulan ada di Jepang dimana masih sangat membutuhkan dorongan semangat dari Tama. Namun kemudian setelah sebulan menghilang Tama hadir lagi dalam hidup gw dengan sekedar hanya ingin meminta maaf karna akan memasuki bulan puasa. 
Pernah terfikir kalau gw juga bakalan mengubungi Tama nanti ketika waktu yang sama. Namun sampai sekarang gw gak tau hal itu akan baik buat gw atau gak.

Kembali tersadar bahwa sekian menit yang lalu gw mendengar suara Tama. Dengan mata yang mulai mengering suara parau gw mengucapkan"cuma mimpi".
Setiap mimpi yang gw alamin selalu berbalikan dengan kenyataan yang akan gw hadapi. Jika mimpi gw baik pertanda bahwa suatu hal yang gak gw inginkan alan terjadi. Begitupun sebaliknya.
Kembali terfikir bahwa mimpi dihububungi Tama adalah mimpi baik yang gw alami. Sepertinya memang benar, Tama gak akan pernah lagi nyariin gw. Tama juga mungkin telah memutuskan agar tidak ada lagi gw didalam hidup dia. Mungkin juga telah benar-benar fokus dengan tujuan baru yang ingin dia capai.
Padahal, gw cuma memblok satu dari sekian banyak account sosial media lain yang bisa Tama pakai untuk menghubungi gw.

Menyadari hal itu, mata gw terasa lelah untuk kembali mengeluarkan air mata lagi.
Namun perasaan gw sendiri disatu sisi ingin rasanya untuk melupakan saja semua yang berhubungan dengan Tama.
Tapi gw gak tau entah apa yang membuat gw memiliki keinginan untuk tetap berharap agar Tama kembali hadir dalam kehidupan gw. 
Entah lah...

Kamis, 14 April 2016

Untitled on April 10, Last Word From Him

"See you when I'll see you"
Kata terakhir yang Tama kirim saat gw chat Tama via Line. Sehari seblum keberangkatan gw kembali ke negara matahari, gw akhirnya menomor sekiankan ego gw untuk menghubungi Tama. Seperti biasa, Tama sama sekali gak hububungin gw selama seminggu lebih, padahal gw sedang berada di Indonesia dan bahkan 2 minggu sebelumnya gw ketemu dengan Tama.
Pertemuan 2 minggu yang lalu menjadi pertemuan terakhir gw dengan Tama. Selama sekitar 3 harian gw bareng Tama mengulang kembali kegiatan kegiatan yang sering kami lakukan setahun yang lalu. Ya, setahun yang lalu dimana Tama menjadi satu-satunya alasan yang memberatkan kaki gw melangkah turun di tanah sakura yang waktu itu bersuhu 8 derjat. 
Selama pertemuan tersebut, gw ngerasain kali ini perasaan ingin saling memiliki yang kami rasakan sama-sama kuat. Seringkali gw pergokin Tama liatin gw dalam seolah sedang menatap dalam dalam lamunan masa depan dia bareng gw. Menyesalkan keberangkatan gw ninggalin dia selama waktu yang menurut dia gak sebentar. Gak ada yang berubah dari kami berdua, tetap nyambung kalau ngomongin hal apapun, tetap saling suka mengejek satu sama lain, bahkan orang yang tak kami kenal tetap menjadi topik hangat dalam canda tawa kami.
Sesaat sikap yang di perlihatkan Tama membuat gw merasakan kembali bahwa Tama memang tetap bisa gw pertahankan dalam setiap doa gw menjelang tidur. 

Tapi, meski perasaan tersebut masi gw rasain bahkan sampai sekarang, sikap plinplan dan ketidak tegasan Tama mengurungkan kembali niat gw untuk kembali berharap.
Chat yang gw kirim akhirnya pagi tadi dengan balasan terakhir yang dikirim Tama semakin menggelisahkan perasaan gw untuk kembali berangkat meninggalkan Indonesia.
Singkat tetap menjadi kata wajar Tama membalas setiap chat gw.

"Gw kepengen kita bisa ketemu seblum gw berangkat" tanpa basa basi gw memulai chat.
"Ok, tapi sory gw gak bisa lama" balas Tama yang seketika ngasih gw petunjuk kalau Tama gak mau memberikan setidaknya kenangan terakhir yang gw harapkan dari dia.
"Oh. Ya udah. Kita gak usah ketemu aja. Gw juga belum packing soalnya. Gw pamit ya. See you next time" jelas gw dengan sangat berat hati. 
"See you when I'll see you"
Notifikasi singkat dengan isi chat dari Tama tersebut gw rasain layaknya layar iphone yang gak sengaja jatuh dan terlindas ban sepeda, retak tapi tak pecah. 
Gw memutuskan untuk tidak membaca balasan terakhir Tama dan meng end chat serta mem block account Line Tama dari daftar contact gw.
Ada perasaan kuat yang seketika muncul dalam hati gw, memberitahukan bahwa hari ini adalah saat yang tepat untuk benar-benar menghilang dari kehidupan Tama.

Waktu memang sangat terasa begitu cepat berlalu. Packing singkat yang gw persiapin kurang dari 30 menit, perjalanan menembus kemacetan menuju bandara yang malam ini hanya memerlukan waktu kurang dari 1 jam, serta penantian gw menunggu jam keberangkatan, membuat gw akhirnya kembali memutuskan tidak ada salahnya untuk mendengar suara berat Tama untuk yang terakhir kalinya.
Meski sedikit ragu dan gak yakin kalau Tama akan mengangkat telfon gw, gw tetap menunggu nada sambung itu berhenti berganti dengan suara Tama.

"Ya, Hallo. Lo dimana Cha? Gw lagi nyetir ne mau balik ke kosan" angkat Tama.
"Oh sory kalo gw ganggu. Lo lanjut nyetir aja kalo gitu. Gw udah di waiting room sejam lagi berangkat. Gw cuma mau pamit" jelas gw.
"Masih sejam kan? Kita ngobrol aja" ajak Tama.

Percakapan terakhir gw dengan Tama berdurasi 52 menit 11 detik dengan isak tangis yang gak sanggup gw bendung mengingat gw memutuskan saat ini adalah terakhir kalinya gw mendengar suara Tama. Nomor telforn yang gw gunakan sudah pastinya gak akan berfungsi di Tokyo. Meski gw menjanjikan akan menghubungi Tama ketika gw tiba di Jepang, dalam hati gw ingin sekali rasanya gw tetap bekomunikasi dengan Tama meski gw gak pernah Tama anggap ada lagi dalam hidup dia.

Sepanjang obrolan gw ama Tama, hangat genggaman tangan Tama menemani di bayangan gw. Seolah Tama duduk disamping gw.   
Kenangan yang ada setahun lebih yang lalu kini gw masih sedang mencoba untuk melupakannya.
Entah sampai kapan, tulisan gw tentang Tama akan berakhir. Sampai saat ini pun gw masih merasa hal itu gak mungkin untuk gw lakukan.

"Dear passengers Garuda Indonesia to Haneda please board the aircraft immediately. Thank you"

It's my time to back...


Minggu, 22 November 2015

Untitled on November 22, 2015 ; Time Decided

November 25 - 2015 gw jadiin hari dimana memang pda dasarnya hri penting buat gw.. Hari itu gw putusin gw harus bisa dapet kepastian dari Tama tentang hubungan gw sama dia.. Harus tau apa maunya Tama sebenarnya dan gw pun harus siap dengan semua keputusan yang nantinya Tama kasih ke gw.. Akan ada dia dimasa  depan gw atau gak..
Satu hal yang bikin gw ragu, Tama selalu bisa jadi orang yang gak pernah gw duga.. Semua ekspektasi yang gw pikirin tentang dia, dia selalu bersikap berbeda dan gak pernah sesuai dengan apa yang gw pikirin... Yang akhirnya nanti akan ada imbas ke gw lagi jadi satu-satunya cewek yang terlalu berharap kepada seorang cowok pernama Tama.

Untuk semua kemungkinan yang selalu bisa terjadi, gw selalu merasa gw sanggup dan siap akan hal itu. Terdapat ketakutan yang sangat mendalam akan diri gw pribadi kalau nanti Tama beneran akan pergi dari hidup gw. Gw takut gak ada Tama gw mungkin bisa ngelakuin hal yang gak pernah gw harapin. Meskipun gw udah selalu berusaha untuk dekat dengan tuhan, tapi kemungkinan itu gak pernah bisa gw hilangin dari diri gw. 


"Cha, gimna tahun baruan kemana kita.? Ikut group k Pulau Tidung yang kemaren gw kasih liat mau gak..?" Tanya Tama mengingatkan rencana tahun baruan yang udah dari awal Desember di omongin Tama.
Siang itu hari sabtu siang pertengahan bulan Desember pertemuan rutin kesekian kalinya yang gw jadwalin bareng Tama. Rumah makan nasi padang yang berlokasi di dekat kantor Tama jadi tempat favorit gw sama Tama kalau jam makan siang. 
"Iya nih gw jga belom tau gimana. Papa ama mama udah ngingetin gw gak boleh kmana-mana malam tahun baruan. Gak suka mereka gw pergi yang keramaian gitu. Takut anak ny kenapa-napa kali..." Jawab gw ke Tama jujur.
"Kan lo pergi bareng gw cha, bohong kali lo mau pergi ama cowok lain kan." Tuduh Tama yang selalu mojokin gw.
"Ya tuhan lo gak percayaan banget... Gw ntar dirumah bareng Indri, Puspa, Manda and Okta. Lo kan tau mereka temen gw semua. Ntar gw kirimin fotonya deh." Sahut gw.
Tak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut Tama. Yup. Gak ada jawaban karna mulut Tama udah penuh sama adukan nasi pakai bumbu ayam goreng plus ayam bakar plus bubum rendang ditambah sama kuah gulai. Seperti biasa Tama selalu kalap kalau udah kelaperan dan di depan makanan enak.
"Jadi lo kemana malam tahun baruan.?" Tanya gw lagi setelah nasi padang di hadapan Tama habis di lahap.
"Gak kemana-mana. Paling dirumah gw baca buku sambil liatin kembang api dari loteng" jawbnya enteng.
Gw gak pernah tau alasannya kenapa gw selalu gampang percaya ama omongan Tama. Seolah gw gak mau peduli lagi dengan apa yang dia bilang dan takut kalau terlalu curiga, kecurigaan gw bisa aja benar. 

Malam mingguan kali ini agenda gw ama tama rencana nya mau ketemu temen nya Tama yang dulu kuliah bareng di Taiwan. Janjian ketemuan di sebuah tempat bagian Jakarta Barat salah satu pusat penjual durian di Jakarta. Karna Gw dan Tama juga makhluk pecandu durian jadi tempat tersebut memang sudah menjadi incaran kami sejak lama.

Sebelum sampai ke tempat tujuan, 2 kali ban mobil nya Tama kempes di jalan. Kira-kira 3-4 jam gw dan Tama duduk di pinggiran bengkel nikmatin udara kota Jakarta yang bikin lobang hidung kami menghitam. Gw terlalu sayang sama Tama sampai-sampai gw gak peduli dalam kondisi apapun setiap detik bareng Tama adalah ukiran memori indah dalam lukisan hidup gw.

Ketemu bareng temen nya Tama gw hanya jadi pendengar yang baik. Mendengar obrolan seru Tama dan temennya, yang gw tangkap bahwa Tama adalah sosok yang dari dulu menyenangkan dan rajin olah raga. Sampai-sampai temen nya bilang kalau tampang ny Tama malah lebih muda dari raut wajah dia yang lebih muda. Temen nya tama juga sempat isyaratin tanya ke Tama bwat ngerokok didepan gw. Dan Tama juga dengan isyarat tersembunyi bilang kalo gw beda dari cewek cewek dy yang dulu yang gak ngerokok dan gak minum minuman keras. Mendengar jawaban Tama yang gw liat temennya cukuk terdiam dan peratiin gw diam-diam. 


"Cha... Buru, kereta nya udah nyampe.. Ntar kita telat lagi" ajak Prili nyadarin gw kalo hari ini jadwal partime gw dimajuin...

Kamis, 22 Oktober 2015

My definition of CARE

For me CARE is : 


Peduli dengan seseorang ada dua pilihan yang nantinya akan kita terima.

Pertama orang yang kita berikan kepedulian akan menerima sikap yang kita berikan. Cara penerimaan tersebut terbagi jadi dua, mereka akan langsung dengan senang hati menerima kepedulian kita dan berterima kasih atau mereka yang awal ny diam atau marah tidak setuju dengan kepedulian kita tapi akhirnya mereka sadar bahwa kita bersikap seperti itu karna dengan tujuan kebaikan untuk mereka da akhirnya berterima kasih.

Kedua orang yang kita berika kepedulian sama sekali tidak merasakan kepedulian tersebut dan malah menyalahkan perbuatan yang kita lakukan serta menganggap dirinya benar dan merasa tidak perlu diberikan kepedulian tersebut. Sikap tidak menerima tersebut juga tebagi jadi dua ; langsung marah dan terus terang kalau tidak memerlukan kepedulian tersebut langsung mengutarakan hal tersebut dan yang kedua diam seolah berpura pura menerima namun kemudian orang lain yang ad dipihak mereka akan secara serentak menyalahkan sikap yang kita lakukan.

Antara seseorang yang peduli dengan seseorang yang tidak suka akan kebahagiaan orang lain. Bagi mereka yang belum berfikir dewasa akan melihat dua hal tersebut memeliki perbedaan yang sangat besar. Tapi bagi mereka yang belum sampai pada tahap pendewasaan dan belum bisa berfikir panjang akan melihat dua hal tersebut beda tipis dan hampir mirip. 

Seseorang yang peduli kepada orang lain pastinya memiliki alasan tersendiri dan tanpa membabi buta untuk bertindak. Tapi orng yang iri dan tidak suka melihat orang lain senang dengan kehidupan orang lain, akan selalu bersikap seolah olah peduli dan membela namun ketika orang yang dibela berada dalam kesulitan mereka akan tak mau peduli dan berfikir masalah nya sendiri lebih banyak dan tak perlu mengurusi masalah orang lain.

Entah alibi atau apa. Seseorang selalu punya pilihan hidup masing masing. Sikap kepedulian itu salah. Dan semua orang punya masalah hidup masing masing. Jadi gak perlu peduli dengan urusan orang lain dan silahkan kerjakan dan urus semua urusan pribadi masing-masing.
Hal tersebut menjadi bahasa umum bagi mereka yang mungkin tidak menyadari kalau dia sedang dipedulikan oleh orang lain yang ada di sekitarnya.

Semua itu juga tergantung pada pemikiran masing-masing. Tergantung pada cara pandang masing-masing.
Pikiran dewasa ditambah lagi dengan pengalaman yang lumayan mendewasakan diri akan merubah cara pandang seseorang menilai sebuah sikap seseorang kepada orang lain.
Untuk sampai ke tahap itu seseorang tidak memerlukan waktu. Yang mereka perlukan ada keputusan untuk mengambil pilihan untuk bersikap dewasa atau masih diam dan nyaman dengan pemikiran singkat mereka.

Id
Fb : Iya Zahra イヤザハラ
Line : iya_zahra25
Twtr : @iya_zahra
Instgrm : @iya_zaza
Youtube : iya25zahra