Kata Bijak


Kamis, 14 April 2016

Untitled on April 10, Last Word From Him

"See you when I'll see you"
Kata terakhir yang Tama kirim saat gw chat Tama via Line. Sehari seblum keberangkatan gw kembali ke negara matahari, gw akhirnya menomor sekiankan ego gw untuk menghubungi Tama. Seperti biasa, Tama sama sekali gak hububungin gw selama seminggu lebih, padahal gw sedang berada di Indonesia dan bahkan 2 minggu sebelumnya gw ketemu dengan Tama.
Pertemuan 2 minggu yang lalu menjadi pertemuan terakhir gw dengan Tama. Selama sekitar 3 harian gw bareng Tama mengulang kembali kegiatan kegiatan yang sering kami lakukan setahun yang lalu. Ya, setahun yang lalu dimana Tama menjadi satu-satunya alasan yang memberatkan kaki gw melangkah turun di tanah sakura yang waktu itu bersuhu 8 derjat. 
Selama pertemuan tersebut, gw ngerasain kali ini perasaan ingin saling memiliki yang kami rasakan sama-sama kuat. Seringkali gw pergokin Tama liatin gw dalam seolah sedang menatap dalam dalam lamunan masa depan dia bareng gw. Menyesalkan keberangkatan gw ninggalin dia selama waktu yang menurut dia gak sebentar. Gak ada yang berubah dari kami berdua, tetap nyambung kalau ngomongin hal apapun, tetap saling suka mengejek satu sama lain, bahkan orang yang tak kami kenal tetap menjadi topik hangat dalam canda tawa kami.
Sesaat sikap yang di perlihatkan Tama membuat gw merasakan kembali bahwa Tama memang tetap bisa gw pertahankan dalam setiap doa gw menjelang tidur. 

Tapi, meski perasaan tersebut masi gw rasain bahkan sampai sekarang, sikap plinplan dan ketidak tegasan Tama mengurungkan kembali niat gw untuk kembali berharap.
Chat yang gw kirim akhirnya pagi tadi dengan balasan terakhir yang dikirim Tama semakin menggelisahkan perasaan gw untuk kembali berangkat meninggalkan Indonesia.
Singkat tetap menjadi kata wajar Tama membalas setiap chat gw.

"Gw kepengen kita bisa ketemu seblum gw berangkat" tanpa basa basi gw memulai chat.
"Ok, tapi sory gw gak bisa lama" balas Tama yang seketika ngasih gw petunjuk kalau Tama gak mau memberikan setidaknya kenangan terakhir yang gw harapkan dari dia.
"Oh. Ya udah. Kita gak usah ketemu aja. Gw juga belum packing soalnya. Gw pamit ya. See you next time" jelas gw dengan sangat berat hati. 
"See you when I'll see you"
Notifikasi singkat dengan isi chat dari Tama tersebut gw rasain layaknya layar iphone yang gak sengaja jatuh dan terlindas ban sepeda, retak tapi tak pecah. 
Gw memutuskan untuk tidak membaca balasan terakhir Tama dan meng end chat serta mem block account Line Tama dari daftar contact gw.
Ada perasaan kuat yang seketika muncul dalam hati gw, memberitahukan bahwa hari ini adalah saat yang tepat untuk benar-benar menghilang dari kehidupan Tama.

Waktu memang sangat terasa begitu cepat berlalu. Packing singkat yang gw persiapin kurang dari 30 menit, perjalanan menembus kemacetan menuju bandara yang malam ini hanya memerlukan waktu kurang dari 1 jam, serta penantian gw menunggu jam keberangkatan, membuat gw akhirnya kembali memutuskan tidak ada salahnya untuk mendengar suara berat Tama untuk yang terakhir kalinya.
Meski sedikit ragu dan gak yakin kalau Tama akan mengangkat telfon gw, gw tetap menunggu nada sambung itu berhenti berganti dengan suara Tama.

"Ya, Hallo. Lo dimana Cha? Gw lagi nyetir ne mau balik ke kosan" angkat Tama.
"Oh sory kalo gw ganggu. Lo lanjut nyetir aja kalo gitu. Gw udah di waiting room sejam lagi berangkat. Gw cuma mau pamit" jelas gw.
"Masih sejam kan? Kita ngobrol aja" ajak Tama.

Percakapan terakhir gw dengan Tama berdurasi 52 menit 11 detik dengan isak tangis yang gak sanggup gw bendung mengingat gw memutuskan saat ini adalah terakhir kalinya gw mendengar suara Tama. Nomor telforn yang gw gunakan sudah pastinya gak akan berfungsi di Tokyo. Meski gw menjanjikan akan menghubungi Tama ketika gw tiba di Jepang, dalam hati gw ingin sekali rasanya gw tetap bekomunikasi dengan Tama meski gw gak pernah Tama anggap ada lagi dalam hidup dia.

Sepanjang obrolan gw ama Tama, hangat genggaman tangan Tama menemani di bayangan gw. Seolah Tama duduk disamping gw.   
Kenangan yang ada setahun lebih yang lalu kini gw masih sedang mencoba untuk melupakannya.
Entah sampai kapan, tulisan gw tentang Tama akan berakhir. Sampai saat ini pun gw masih merasa hal itu gak mungkin untuk gw lakukan.

"Dear passengers Garuda Indonesia to Haneda please board the aircraft immediately. Thank you"

It's my time to back...